daunkelor.com – Tidak lengkap rasanya bila menyantap bakso atau sate kambing tanpa kecap. Ya kecap bango, kecap yang mejadi kesukaan si kecil dan keluarga di rumah. Kecap bango adalah pelengkap masakan dengan ciri khas kental dan manis.
Ini bukan iklan ya, tetapi karena keluarga suka sekali dengan kecap bango terutama si kecil di rumah, maka selalu tertarik untuk membuat artikel tentang kecap bango. Satu hal yang sering terlintas di kepala adalah kedelai malika yang merupakan bahan baku dari kecap bango.
Sekilas Perjalanan Mallika Bahan Baku Kecap Bango
Berikut ini sekilas perjalanan kedelai malika yang merupakan bahan baku kecap manis dan kental yakni kecap bango yang diolah dari sumber pengabdian.ugm.ac.id.
Kedelai Hitam Malika
Kedelai malika ini kian populer namanya setelah menjadi bintang pada salah satu iklan kecap kenamaan dalam negeri sebut saja kecap bango yang bersliveran di televisi dan internet. Ternyata, malika asalnya dari bahasa sansekerta mallika yang artinya kerajaan dengan makna perjalanan panjang menuju varietas unggul.
Karena melihat fenomena kedelai malika, seorang Dosen Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta yaitu Dr. Ir. Setyastuti Purwanti, M.S. melakukan penelitian. Penelitian dilakukan melalui metode purifikasi terhadap calon benih unggul kedelai hitam lokal di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian UGM hingga terciptalah kedelai hitam dengan varietas unggul yang diberi nama Mallika.
Kedelai malika ini adalah mutiara hitam yang sangat berharga dalam memajukan kesejahteraan para petani kedelai di wilayah DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mallika memiliki sumber protein yang tinggi, daya simpan lebih lama dan pertumbuhan tanaman yang stabil serta seragam. Keunggulan yang dimiliki Mallika ini akhirnya dilirik produsen kecap yakni kecap bango untuk bahan baku.
Kemitraan
Peningkatan produksi malika dalam jumlah yang besar menjadi alasan Dr. Ir. Setyastuti menggandeng sekitar 9.000 petani untuk memenuhi kebutuhan akan bahan baku kedelai hitam untuk industri kecap dalam skala nasional.
Untuk memproduksi Mallika guna meningkatkan kebutuhan produksi nasional maka dibentuk kemitraan. Kemitraan yang dibentuk antara industri (Unilever), petani, pemerintah dan UGM. Model kemitraan ini merupakan model A-B-C-G, yaitu komuniti atau masyarakat tidak hanya melibatkan petani, koperasi dan kelompok perempuan saja, tetapi juga Lembaga Sosial Masyarakat (LSM).
PT. Unilever Indonesia Tbk. sebagai pihak industri sangat mendukung pengembangan Mallika dan memberikan dana penelitian kepada UGM selama 7 tahun dari tahun 2007.
Pemberdayaan Petani
Untuk pertama kali Mallika dikembangkan di Jawa Barat tepatnya daerah Ciwalen dengan kapasitas benih 300 m2. Berlanjut di Bantul seluas 10 ha dan berhasil sampai meluas ke petani lainnya. Pemberdayaan terus diberikan kepada para petani untuk meningkatkan produksi Mallika hingga mampu mencukupi kebutuhan kedelai nasional. Pemberdayaan yang dilakukan mencakup budidaya, pascapanen dan bisnis.
Pendampingan para petani terus dilakukan oleh pihak UGM melalui Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknologi Pertanian untuk mengolah kedelai ke kepada Unilever sebagai salah satu cara memperkokoh ketahanan pangan. Para petani sebagai pihak yang diuntungkan karena dapat memberikan harga tinggi kepada Unilever tanpa adanya tengkulak atau pihak ke tiga. Sehingga kesejahteraan petani pun meningkat dan Mallika mampu mendukung ketahanan pangan Dwidya nasional.
Itulah sekilas tentang Malika si kedelai hitam yang menjadi bahan baku kecap bango, salah satu merk kecap yang terkenal di Indonesia. Semoga bermanfaat!